🦁 Silsilah Keluarga Maulana Syaikh

AfifiSubhan, artikel Syekh Ibrahim Musa: Inspirator Kebangkitan, Kompasiana, 2015. Arnawati Aar, jurnal Al-fath "Kedudukan Dan Peran Ulama dalam Perspektif Alquran", Universitas Islam Negeri Sultan Maulana Hasanuddin : Banten, 2017.. Aza Azyumardi, Surau Pendidikan Islam Tradisional Dalam Transisi dan Modernisasi, Logos Wacana Ilmu : Jakarta, 2003.
Syaikh Muhammad Yusuf Al-Kandahlawi lahir pada 25 Jumada I, 1335 H, sesuai dengan 20 Maret 1917 di Kandahla di India. Keluarganya terkenal dengan keilmuan dan kesetiaan total dalam perjuangan Islam. Ayahnya, Syaikh Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi wafat 1943, memainkan peranan penting dalam gerakan pemurnian yang dipimpin oleh dua ulama, Ahmad bin Muhammad Irfan dan Muhammad Ismail, dan keduanya wafat sebagai syuhada. Gerakan pemurnian yang bertujuan untuk menghapus semua penyimpangan dari kepercayaan rakyat dan kembali kepada agama Islam yang murni. Beberapa ulama dalam keluarganya belajar di bawah Syaikh Abd al-Aziz bin Ahmad bin Abd al-Rahim Al-Dahlawi, seorang ulama yang sangat terkemuka dalam ilmu Hadits. Sesungguhnya keluarga beliau menghasilkan barisan panjang ulama-ulama terkenal dalam ilmu Hadis, Fiqh, dan ilmu Islam lainnya. Silsilah keturunan dari Garis Ayah Maulana Muhammad Yusuf anak dari Maulana Muhammad Ilyas anak dari Maulana Muhammad Ismail anak dari Syaikh Ghulam Hussein anak dari Hakim Karim Baksh anak dari Hakim Ghulam Mohiuddin anak dari Maulana Muhammad Sajid anak dari Maulana Muhammad Faiz anak dari Maulana Hakim Muhammad Syarif anak dari Maulana Hakim Muhammad Asyraf anak dari Syaikh Jamal Muhammad Syah anak dari Syaikh Nur Muhammad anak dari Syaikh Bahauddin Syah anak dari Maulana Syaikh Muhammad anak dari Syaikh Muhammad Fadhil anak dari Syaikh Qutb Syah. Silsilah keturunan dari Garis Ibu Ibunya anak dari Maulvi Rauful Hasan anak dari Maulana Zia-ul-Hasan anak dari Maulana Nurul Hasan anak dari Maulana Abul Hasan anak dari Mufti Ilahi Baksh anak dari Maulana Syaikhul Islam anak dari Hakim Qutbuddin anak dari Hakim Abdul Qadir anak dari Maulana Hakim Muhammad Syarif anak dari Maulana Hakim Muhammad Asyraf anak dari Syaikh Jamal Muhammad Syah anak dari Syaikh Nur Muhammad anak dari Syaikh Bahauddin Syah anak dari Maulana Syaikh Muhammad anak dari Syaikh Muhammad Fadhil anak dari Syaikh Qutb Syah. Garis silsilah keturunan ayah dan ibu dari keluarga Maulana Yusuf bertemu di Hakim Muhammad Syarif. Lalu garis silsilah keluarga keturunan mereka kembali ke Amirul Mukminin Hazrat Abu Bakar Siddiq RA. Kedua keluarga ini tinggal di desa Kandhala dan Jinhjana. Mereka terkenal dengan kereligiusan, keilmuan dan kesalehan. Navigasi pos
SilsilahAl-Syaikh Al-Imam Nawawi Al-Bantani: Al-Syaikh Nawawi Al-Bantani (Nama asli beliau adalah Abu abdulmu'thi) bin Umar bin 'Arobi bin 'Ali bin Jamad bin Janta bin Masbugel bin Maskun bin Masnun bin Maswi bin Sulthon Sunyararas Tajul'arsy bin Sulthon Maulana Hasanuddin Banten bin Maulana Syarif hidayatullah bin Sulthon Abdullah bin Ali Nuruddin/ 'Ali Nurul 'Alam bin Maulana Ibrohim Zainal
Mawlānāsysyāikh Tuan Guru Kyai HajjÄ« Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d sing. Hamzanwadi adalah seorang ulama karismatis dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dan merupakan pendiri Nahdlatul Wathan, organisasi massa Islām terbesar di provinsi tersebut. Di pulau Lombok, Tuan Guru merupakan gelar bagi para pemimpin agama yang bertugas untuk membina, membimbing dan mengayomi umat Islām dalam hal-hal keagamaan dan sosial kemasyarakatan, yang di Jawa identik dengan Kyai. Kelahiran Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d' dilahirkan di Kampung Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 17 Rabiul Awwal 1316 Hijriah bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 1898 Masehi dari perkawinan Tuan Guru HajjÄ« Abdul MadjÄ«d beliau lebih akrab dipanggil dengan sebutan Guru Mu'minah atau Guru Minah dengan seorang wanita shālihah bernama Hajjah HalÄ«mah al-Sa'dÄ«yyah. Nama kecil beliau adalah 'Muhammād Saggāf', nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati, yakni tiga hari sebelum dilahirkan, ayahandanya, TGH. Abdul MadjÄ«d, didatangi dua walÄ«yullāh, masing-masing dari HadhramaÅ©t dan MaghrabÄ«. Kedua walÄ«yullāh itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni "Saqqāf". Beliau berdua berpesan kepada TGH. Abdul MadjÄ«d supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama "Saqqāf", yang artinya "Atapnya para Wali pada zamannya". Kata "Saqqāf" di Indonesiakan menjadi "Saggāf" dan untuk dialek bahasa Sasak menjadi "Segep". Itulah sebabnya beliau sering dipanggil dengan "Gep" oleh ibu beliau, Hajjah HalÄ«mah al-Sa'dÄ«yyah. Setelah menunaikan ibadah hajjÄ«, nama kecil beliau tersebut diganti dengan 'HajjÄ« Muhammād ZainuddÄ«n'. Nama inipun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang 'ulamā' besar yang mengajar di MasjÄ«d al-Harām. Akhlāq dan kepribadian ulamā' besar itu sangat menarik hati ayahandanya. Nama ulamā' besar itu adalah SyaÄ«kh Muhammād ZainuddÄ«n Serawak, dari Serawak, Malaysia. Silsilah Menurut sejumlah kalangan bahwa asal usulnya dari keturunan orang-orang terpandang, yakni dan keturunan sulthān-sulthān Selaparang, sebuah kerajaan Islām yang pernah berkuasa di Pulau Lombok. Disebutkan bahwa Tuan Guru Kyai HajjÄ« Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d merupakan keturunan Kerajaan Selaparang yang ke-17. Pendapat ini tentu saja paralel dengan analisis yang diajukan oleh seorang antropolog berkebangsaan Swedia bernama Sven Cederroth, yang merujuk pada kegiatan ziarah yang dilakukan Tuan Guru Kyai HajjÄ« Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d ke makam Selaparang pada tahun 1971, sebelum berlangsungnya kegiatan pemilihan umum Pemilu. Praktik ziarāh semacam ini memang bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk masyarakat Sasak, untuk mengidentifikasikan diri dengan leluhurnya. Disamping itu pula, Tuan Guru Kyai HajjÄ« Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d tidak pernah secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap anggapan dan pernyataan-pernyataan yang selama ini beredar tentang silsilah keturunannya, yakni kaitan genetiknya dengan sulthān-sulthān Kerajaan Selaparang. Keluarga Maulānāsysyāikh TGKH. Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Kakak kandungnya lima orang, yakni Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Sawdah, Hajji Muhammād ShabÅ«r dan Hajjah Masyitah. Ayahandanya TGH. Abdul MadjÄ«d yang terkenal dengan penggilan "Guru Mu'minah", semasa mudanya bernama Luqmānul HakÄ«m merupakan seorang muballigh dan terkenal pemberani. Beliau pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah, sedangkan ibu Maulānāsysyāikh, Hajjah HalÄ«mah al-Sa'dÄ«yyah terkenal sangat shĆ£lihah. Luqmānul HakÄ«m membawa Maulānāsysyāikh ke Mekkah untuk menimba ilmu agama ketika beliau berusia 9 tahun. Pendidikan Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d menuntut ilmu pengetahuan berawal dari pendidikan dalam keluarga, yakni dengan belajar mengaji membaca Al-Qur'ān dan berbagai 'ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh ayahandanya, yang dimulai sejak berusia 5 tahun. Pendidikan Lokal Setelah berusia 9 tahun, ia memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan formalnya, beliau kemudian diserahkan oleh ayahandanya untuk menuntut 'ilmu agama yang lebih luas dari beberapa Tuan Guru lokal, antara lain TGH. SyarafuddÄ«n dan TGH. Muhammād Sa'Ä«d dari Pancor serta Tuan Guru 'Abdullāh bin Amaq DulajÄ« dari desa Kelayu, Lombok Timur. Ketiga guru agama ini mengajarkan ilmu agama dengan sistem halaqah, yaitu para santri duduk bersila di atas tikar dan mendengarkan guru membaca Kitāb yang sedang dipelajari, kemudian masing-masing murid secara bergantian membaca. Pendidikan di Mekah Untuk lebih memperdalam 'ilmu agama, Muhammād ZainuddÄ«n remaja kembali berangkat menuntut 'ilmu ke Mekah diantar kedua orang tuanya, tiga orang kemenakan dan beberapa orang keluarga, termasuk pula TGH. SyarafuddÄ«n. Pada saat itu beliau berusia 15 tahun, yaitu menjelang musim Haji tahun 1341 H/1923 M. Sesampai di Tanah Suci, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid langsung mencari rumah kontrakan di Suqullail, Mekah. Belajar di Masjid al-Haram Beberapa saat setelah musim haji usai, TGH. Abd. Madjid mulai mencarikan guru buat anaknya. Sampailah pencarian TGH. Abd. Madjid pada sebuah halaqah. Syaikh yang mengajar ditempat tersebut bernama SyaÄ«kh MarzÅ«qÄ«, seorang keturunan 'Arāb kelahiran Palembang yang sudah lama mengajar mengaji di MasjÄ«d al-Harām, yang saat itu berusia sekitar 50 tahun. Disanalah Maulānāsysyāikh TGKH. Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d diserahkan untuk belajar. Selain itu juga sempat belajar 'ilmu sastra pada ahli syair terkenal di Mekah, yakni SyaÄ«kh Muhammād ĀmÄ«n al-QuthbÄ« dan pada saat itu berkenalan dengan SayyÄ«d Muhsin Al-PalembanÄ«, seorang keturunan 'Arāb kelahiran Palembang yang kemudian menjadi guru beliau di Madrasah al-Shaulatiyah. Ketika ayah TGKH. Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d pulang ke Lombok, ia langsung berhenti belajar mengaji pada SyaÄ«kh MarzÅ«qÄ«, karena ia merasa tidak banyak mengalami perkembangan yang berarti dalam menuntut 'ilmu selama ini, hal itu dikarenakan kehausan beliau akan ilmu. Namun, sebelum sempat mencari guru, terjadi perang saudara antara kekuasaan dengan golongan Wahabi. Belajar di Madrasah al-Shaulatiyah Dua tahun setelah terjadinya huru hara tersebut, TGKH. Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d muda berkenalan dengan seseorang yang bernama Hajji MawardÄ« dari Jakarta. Dari perkenalannya itu ia diajak untuk belajar di madrasah al-Shaulatiyah, yang saat itu dipimpin oleh SyaÄ«kh SalÄ«m Rahmatullāh. Pada hari pertama masuknya ia bertemu dengan SyaÄ«kh Hasan Muhammād al-Masysyāth. Madrasah al-Shaulatiyah adalah madrasah pertama sebagai permulaan sejarah baru dalam pendidikan di Arab Saudi. Madrasah ini sangat legendaris, gaungnya telah menggema di seluruh dunia dan telah menghasilkan banyak ulama-ulama besar dunia. Muhammad Zainuddin berhasil menyelesaikan studi dalam waktu hanya 6 tahun, padahal normalnya adalah 9 tahun. Dari kelas 2, diloncatkan ke kelas 4, kemubeliaun loncat kelas lagi dari kelas 4 ke kelas 6, kemubeliaun pada tahun-tahun berikutnya naik kelas 7, 8 dan 9. Perjuangan TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid belajar di Tanah Suci Mekah selama 13 tahun kemubeliaun kembali ke Indonesia atas perintah dari guru yang paling beliau kagumi, yakni Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, pada tahun 1934. Setiba di Pulau Lombok beliau mendirikan Sekembali dari Tanah Suci Mekah ke Indonesia mula-mula beliau mendirikan pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M. kemubeliaun pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus 1937 M. beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah NWDI. Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria. Kemubeliaun pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943 M. beliau mendirikan madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah NBDI khusus untuk kaum wanita. Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di Pulau Lombok yang terus berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang bernaung di bawah organisasi Nahdlatul Wathan. Dan secara khusus nama madrasah tersebut beliaubadikan menjadi nama pondok pesantren 'Dar al-Nahdlatain Nahdlatul Wathan'. Istilah 'Nahdlatain' beliaumbil dari kedua madrasah tersebut. Al Mukkarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai ulama' pemimpin umat, dalam kehidupan bermasyarakt dan berbangsa telah mengemban berbagai jabatan dan menanamkan berbagai jasa pengabdian. Oleh karena jasa-jasa beliau itulah, maka pada tahun 1995 belau beliaunugerahi Piagam Penghargaan dan medali Pejuang Pembangunan oleh pemerintah. Disamping itu, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku seorang mujahid selalu berupaya mengadakan inovasi dalam gerakan perjuangannya untuk meningkatkan kesejahteraan ummat demi kebahagian di dunia maupun di akhirat. Di antara inovasi/rintisa-rintisan beliau adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran agama Islam di NTB dengan sistem madrasi, membuka lembaga pendidikan khusus untuk wanita, mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adha dengan mendatangai jamaah di samping didatangi, meyelenggarakan pengajian umum secara bebas, mengadakan gerakan doa dengan berhizib, mengadakan syafa'at al-kubro, menciptakan tariqat, yakni tariqat Hizib Nahdlatul Wathan, membuka sekolah umum disamping sekolah agama madrasah, menyusun nazam berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia, dan lain-alin. Karya Al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku ulama' pewaris para Nabi, di samping menyampaikn dakwah bi al-hal wa bi al-lisan, juga tergolong penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan kemampuan beliau sebagai pengarang ini tumbuh dan berkembang sejak beliau masih belajar di Madrasah Shaulatiyah Mekah. Namun karena banyaknya dan padatnya kegiatan keagamaan dan keasyarakatan yang harus diisi maka peluang dan kesempatan untuk memperbanyak tulisan tampaknya sangat terbatas. Kendatipun demikian di tengah-tengah keterbatasan waktu itu, beliau masih sempat mengarang beberapa kitab, kumpulan doa, dan lagu-lagu perjuangan dalam bahasa Arab, Indonesia dan Sasak. Wafat Tarikh akhir 1997 menjadi masa kelabu Nusa Tenggara Barat. Betapa tidak, hari Selasa, 21 Oktober 1997 M / 18 Jumadil Akhir 1418 H dalam usia 99 tahun menurut kalender Masehi, atau usia 102 tahun menurut Hijriah. Sang ulama karismatis, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, berpulang ke rahmatullah sekitar pukul WITA di kebeliauman beliau di desa Pancor, Lombok Timur. Tiga warisan besar beliau tinggalkan ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan sekitar seribu lebih kelembagaan Nahdlatul Wathan yang tersebar di seluruh Indonesia dan mancanegara. Pada hari Kamis, 9 November 2017 bertempat di Istana Negara, beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, berdasarkan Keputusan Presiden Kepres Nomor 115/TK/Tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Empat tokoh yang dianugerahi Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo yakni almarhum Tuan Guru Kiai Haji TKGH Muhammad Zainuddin Madjid asal Lombok Nusa Tenggara Barat, almarhumah Laksamana Malahayati asal Aceh, almarhum Sultan Mahmud Riayat Syah asal Kepulauan Riau, dan almarhum Prof. Drs. Lafran Pane asal Daerah Istimewa Yogyakarta.
MaulanaSyekh Muhammad Arsyad al Banjari, 24-32; Abdurrahman, Studi Tentang Undang-Undang Sultan Adam 1835 (Suatu Tinjauan Tentang Perkembangan Hukum Dalam Masyarakat dan Kerajaan Banjar pada Pertengahan Abad ke-19): Report of Reseach (Banjarmasin: Perpustakaan Universitas. Lambung Mangkurat, 1989). Detil Silsilah Keluarga Keraton Jawa dari Jalur Sunan Giri. Disebutkan didalam serat tersebut bahwa silsilah Sunan Kalijaga itu bersambung hingga Sayyidina Abbas ra berikut hasil transkripnya. Genealogy Kanzunqalam S Blog Laman 18 Sunan Kalijaga Ahli WarisTrah keluarga sunan kalijaga. Nama lain Sunan Kalijaga antara lain Lokajaya Syaikh Malaya Pangeran Tuban Ki Dalang Sida Brangti dan Raden Abdurrahman. Istri Sunan Kalijaga ini merupakan putri dari Maulana Ishaq. Jutaan Ahli WarisKeturunan Eyang Sunan Kalijaga tersebar di seluruh. Where To Download Suluk Wujil Karya Penting Sunan Bonang Arsip Budaya Kiai Ending Zahidi yang juga merupakan orang yang paling berjasa dalam penelusuran silsilah keluarga baik melalui jalur Kiai Ending Zahidi maupun melalui Nyai Encum. Dengan wayang sastra dan berbagai kesenian lainnya. Penelusuran Kiai Dadang Hidayat tersebut mulai dilakukan sekitaran tahun 2013 hingga tahun 2014. SILSILAH TAUTAN SUNAN KALIJAGA KE SAYYIDINA ABBAS PAMAN NB MUHAMMAD disertai sumber untuk memperlengkap versi penulisan silsilah jalur ini yang seringkali kurang lengkap 1. Raden Arya Metahun berputera 03. Secara historis dalam catatan Babad Tuban Sunan Kalijaga ini merupakan orang Jawa Asli. Sayyidina ABBAS ra bin Abdul Muthalib Paman dari Nabi Muhammad SAW Sumber sebagai leluhur Sunan Kalijaga. Silsilah Sunan Kalijaga yang bersambung ke Abbas menyebutkan melalui nama Abdullah ada yang menuliskan dengan tambahan Al-Baghdadi yang bermaksud leluhur beliau pernah di negeri Irak secara fakta Abdullah bin Abbas adalah satu2nya Putra Abbas yang pernah menjabat sebagai Gubernur di Irak namun lebih tepatnya di Basrah-Irak. Sumber Data. It surveys the origin structure contents study and use of Islams sacred text. Menurut sumber Sayyidina Abbas memiliki 5 orang keturunan diantaranya. Raden Arya Randu Kuning Bupati Lumajang Tengah. Sunan Kalijaga menggunakan kesenian dalam rangka penyebaran Islam antara lain. Salah satunya adalah serat Silsilah Sunan Kalijaga yang ditulis oleh Raden Ngabehi Sasranagara seorang patih keraton Surakarta Hadiningrat pada masa pemerintahan Sunan Pakubuwan IX 1830-1893. And Noah and his sons and his wife and his sons wives entered the ark to escape the waters of the flood. Panembahan Senopati Danang Sutowijoyo bin Nyai Sabinah binti Ainul Yaqin Sunan Giri. Pairs of clean and unclean animals of birds and of all creatures that move along the ground male and female came to Noah and entered the ark as God had commanded Noah. Sementara itu menurut silsilah dari keluarga RM. Ali bin Abdullah 7cd Satu2 nya keturunan dari Abdullah bin Abbas yang. Nasab Raden Dandang Wacana Kyai Gede Papringan 01. Sunan Kalijaga sendiri merupakan cucu dari Adipati Tuban ke-7 bernama Raden Haryo Tejo Syekh Abdurrahman yang tak lain adalah keturunan Nabi Muhammad SAW. De Graaf disebutkan kakek Sunan Kalijaga yang bernama Aria Teja adalah seorang tokoh berdarah Arab bernama Abdurrahman. ULASAN SILSILAH GENEALOGYS AKBAR KE BERBAGAI JALUR LELUHUR DARI SUNAN KALIJAGA PARA PEMIMPIN AWAL TUBAN Keterangan Penambahan 1. Noah was six hundred years old when the floodwaters came on the earth. Silsilah Sunan Kalijaga keluaran Yayasan Sunan Kalijaga Kadilangu Demak anggota dari Perhimpunan Pemangku Makam Auliya se-Jawa PPMA tanpa mengurangi rasa hormat silsilah versi ini belum lengkap namun amat berharga sebagai acuan dasar jalur leluhur Al-Abbas ke Sunan Kalijaga dan para Bupati Tuban pada masa-masa awal. Prabu Banjaransari berputera 02. Pendekatan jalur kesenian dilakukan oleh. Mohammad Soedioko kakek Sunan Kalijaga adalah Bupati Tuban yang bernama Rangga Tejalaku sedangkan tokoh bernamaAbdurrahman adalah. Biografi Sunan Kalijaga Silsilah Masa Remaja Sunan Kalijaga Perjalanan Dakwah Seni Pertunjukan Peran Sunan Kalijaga dalam Islamisasi Budaya Mengembangkan Islam di Indonesia Amati dan eritakan gambar berikut. Wayang merupakan media dakwah Sunan Kalijaga dalam mengembangkan Islam di Indonesia. Istilah Al-Baghdadi pada silsilah. Silsilah Pangeran Wijil Putra Sunan Kalijaga Silsilah Pangeran Wijil Putra Sunan Kalijaga Nabi Muhammad SAW Fatimah Az-Zahra Al-Husain putera. DETIL SILSILAH KELUARGA KERATON JAWA. Since he was a kid Raden Said was already introduced to Islam by his religion teacher of Kadipaten Tuban. Sunan Kalijaga was The Only Saint of Walisongo who Stole for Justice Tumenggung was known as Raden Sahur and he was the descendant of Ranggawale. Adipati Tuban was actually Hindu but Raden Sahur was already Islam. Sunan Kalijaga adalah salah satu tokoh dari Walisongo. Ajaran Hidup sang WaliullahTheory of LiteratureSejarah 2Ajaran rahasia Sunan Bonang Suluk WujilMistik dan makrifat Sunan Kalijaga The Throne Carrier of God Award-winning professor John Kaltners new work offers a general introduction and orientation to the Quran. Sayyidina ABBAS ra bin Abdul Muthalib Paman dari Nabi Muhammad SAW. TUMERAH SELO 1518 FYI KODE NIK Ki Ageng KI Ageng Selo Bagus Sogom Ki Ageng Abdurahman 15GGF Disusun dari Silsilah Raya-Raja Kerajaan Kutai Tarumanagara Kalingga Mataram I MedangKahuripan Jenggala Kediri Singasari Majapahit Demak Jayakarta Banten Cirebon Pajang Mataram Kartasura Surakarta. 8016 likes 6 talking about this. Abdullah ibnu Abbas ra Sepupu Nabi Muhammad Ali bin Abi Thalib 7bc 3. Ada beberapa pendapat yang terjadi di masyarakat mengenai silsilah Sunan Kalijaga. Lagu jawa yang menjadi dakwah oleh para wali songovokal. Coba kamu perhatikan gambar di bawah ini. Dalam babad tersebut diceritakan bahwa Aria Teja Abdul Rahman. About Press Copyright Contact us Creators Advertise Developers Terms Privacy Policy Safety How YouTube works Test new features Press Copyright Contact us Creators. Pada Babad Tuban dan silsilah yang diajukan HJ. Para penyebar Islam. Riwayat dan Silsilah Sunan Kalijaga Sunan Kalijaga diperkirakan lahir pada tahun ͳͶͷͲ M dengan nama Raden Said. Ang HopungmusikAm Bandsluku_sluku_bathok sunankalijaga Am_Band The_Conkist conkustikKunjungi j. Dia adalah putra adipati Tuban yang bernama Tumenggung Wilatikta atau Raden Sahur. Silsilah Sunan Kali Jaga 1. Dalam pernikahannya beliau mempunyai putra dan putri yaitu Raden Umar Said Sunan Muria Dewi Rakayuh dan Dewi Sifoah. Silsilah Dan Garis Keturunan Sunan Kalijaga Raden Sahid Kuwaluhan Com Ridwan Kamil Mengaku Keturunan Sunan Gunung Djati Satu Dari Wali Songo Begini Silsilah Keluarganya Youtube Beredar Silsilah Ipong Keturunan Batoro Katong Dan Ki Ageng Mirah Genealogy Kanzunqalam S Blog Laman 5 Silsilah Trah Brawijaya V Silsilah Keturunan Sunan Bayat Facebook Misteri Puyang Syekh Sutabaris Guru Sunan Kalijaga Dari Pulau Sumatera Kanzunqalam S Blog Silsilahketurunan Sunan Ampel sampai Nabi Muhammad Saw : Sunan Ampel ialah putra Maulana Malik Ibrahim; Maulana Malik Ibrahim putra dari Syaikh Jumadil Qubro; Syaikh Jumadil Qubro putra dari Ahmad Jalaludin Khan. Ahmad Jalaludin Khan sendiri ialah putra dari Abdullah Khan, Abdullah Khan putra dari Abdul Malik Al-Muhajir nan berasal dari ā€œKilas Pahlawan Asal Bumi Lombok Pendiri Universitas Nahdlatul Wathan Mataramā€Maulānāsysyāikh Tuan Guru Kyai HajjÄ« Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d lahir di Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 5 Agustus 1898 – meninggal di Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat, 21 Oktober 1997 pada umur 99 tahun adalah seorang ulama karismatis dari Pulau Lombok, Nusa Tenggara Barat dan merupakan pendiri Nahdlatul Wathan, organisasi massa Islām terbesar di provinsi tersebut. Di pulau Lombok, Tuan Guru merupakan gelar bagi para pemimpin agama yang bertugas untuk membina, membimbing dan mengayomi umat Islām dalam hal-hal keagamaan dan sosial kemasyarakatan, yang di Jawa identik dengan Hamka, beliapun memiliki nama singkatan, yaitu Hamzanwadi Hajji Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d Nahdlatul Wathan DÄ«niyah Islāmiyah.KelahiranAl-Mukarram Mawlānāsysyāikh Tuan Guru Kyai Hajji Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d’ dilahirkan di Kampung Bermi, Pancor, Selong, Lombok Timur, Nusa Tenggara Barat pada tanggal 17 Rabiul Awwal 1316 Hijriah bertepatan dengan tanggal 5 Agustus 1898 Masehi dari perkawinan Tuan Guru HajjÄ« Abdul MadjÄ«d beliau lebih akrab dipanggil dengan sebutan Guru Mu’minah atau Guru Minah dengan seorang wanita shālihah bernama Hajjah HalÄ«mah al-Sa’dÄ«yyah.[1]Nama kecil beliau adalah Muhammād Saggāf’, nama ini dilatarbelakangi oleh suatu peristiwa yang sangat menarik untuk dicermati, yakni tiga hari sebelum dilahirkan, ayahandanya, TGH. Abdul MadjÄ«d, didatangi dua walÄ«yullāh, masing-masing dari HadhramaÅ©t dan MaghrabÄ«. Kedua walÄ«yullāh itu secara kebetulan mempunyai nama yang sama, yakni ā€œSaqqāfā€. Beliau berdua berpesan kepada TGH. Abdul MadjÄ«d supaya anaknya yang akan lahir itu diberi nama ā€œSaqqāfā€, yang artinya ā€œAtapnya para Wali pada zamannyaā€. Kata ā€œSaqqāfā€ di Indonesiakan menjadi ā€œSaggāfā€ dan untuk dialek bahasa Sasak menjadi ā€œSegepā€. Itulah sebabnya beliau sering dipanggil dengan ā€œGepā€ oleh ibu beliau, Hajjah HalÄ«mah al-Sa’ menunaikan ibadah hajjÄ«, nama kecil beliau tersebut diganti dengan HajjÄ« Muhammād ZainuddÄ«n’. Nama inipun diberikan oleh ayah beliau sendiri yang diambil dari nama seorang ulamā besar yang mengajar di MasjÄ«d al-Harām. Akhlāq dan kepribadian ulamā besar itu sangat menarik hati ayahandanya. Nama ulamā’ besar itu adalah SyaÄ«kh Muhammād ZainuddÄ«n Serawak, dari Serawak, Tuan Guru Kyai HajjÄ« Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d tidak bisa diungkapkan secara jelas dan runtut, terutama silsilahnya ke atas, karena catatan dan dokumen silsilah keluarga beliau ikut hangus terbakar ketika rumah beliau mengalami musibah kebakaran. Namun, menurut sejumlah kalangan bahwa asal usulnya dari keturunan orang-orang terpandang, yakni dan keturunan sulthān-sulthān Selaparang, sebuah kerajaan Islām yang pernah berkuasa di Pulau Lombok. Disebutkan bahwa Tuan Guru Kyai HajjÄ« Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d merupakan keturunan Kerajaan Selaparang yang ke-17.[2]Pendapat ini tentu saja paralel dengan analisis yang diajukan oleh seorang antropolog berkebangsaan Swedia bernama Sven Cederroth, yang merujuk pada kegiatan ziarah yang dilakukan Tuan Guru Kyai HajjÄ« Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d ke makam Selaparang pada tahun 1971, sebelum berlangsungnya kegiatan pemilihan umum Pemilu.[3] Praktik ziarāh semacam ini memang bisa dilakukan oleh masyarakat Indonesia pada umumnya, termasuk masyarakat Sasak, untuk mengidentifikasikan diri dengan leluhurnya. Disamping itu pula, Tuan Guru Kyai HajjÄ« Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d tidak pernah secara terbuka menyatakan penolakannya terhadap anggapan dan pernyataan-pernyataan yang selama ini beredar tentang silsilah keturunannya, yakni kaitan genetiknya dengan sulthān-sulthān Kerajaan TGKH. Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d adalah anak bungsu dari enam bersaudara. Kakak kandungnya lima orang, yakni Siti Syarbini, Siti Cilah, Hajjah Sawdah, Hajji Muhammād ShabÅ«r dan Hajjah TGH. Abdul MadjÄ«d yang terkenal dengan penggilan ā€œGuru Mu’minahā€, semasa mudanya bernama Luqmānul HakÄ«m merupakan seorang muballigh dan terkenal pemberani. Beliau pernah memimpin pertempuran melawan kaum penjajah, sedangkan ibu Maulānāsysyāikh, Hajjah HalÄ«mah al-Sa’dÄ«yyah terkenal sangat shĆ£lihah. Luqmānul HakÄ«m membawa Maulānāsysyāikh ke Mekkah untuk menimba ilmu agama ketika beliau berusia 9 kecil al-Mukarram Maulānāsysyāikh TGKH. Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d terkenal sangat jujur dan cerdas. Karena itu tidaklah mengherankan bila ayah-bundanya memberikan perhatian istimewa dan menumpahkan kasih sayang yang begitu besar kepada beliau. Ketika melawat ke Tanah Suci Mekah untuk melanjutkan studi, ayah-bundanya ikut mengantar ke Tanah Suci. Ayahandanyalah yang mencarikan guru tempat belajar pertama kali di MasjÄ«d al-Harām dan sempat menemaninya di Tanah Suci sampai dua kali musim hajji. Sedangkan ibundanya Hajjah HalÄ«mah al-Sa’dÄ«yyah ikut bermukim di Tanah Suci mendampingi dan mengasuhnya sampai ibunda tercintanya itu berpulang ke rahmātullāh tiga setengah tahun kemudian dan dimakamkan di Ma’lah, Mekkah demikian, tampak jelaslah betapa besar perhatian ayah-bundanya terhadap pendidikannya. Hal ini juga tercermin dari sikap ibundanya bahwa setiap kali beliau berangkat untuk menuntut ilmu, ibundanya selalu mendo’ākan dengan ucapan ā€œMudah mudahan engkau mendapat ilmu yang barakahā€ sambil berjabat tangan serta terus memperhatikan kepergian beliau sampai tidak terlihat lagi oleh pandangan mata. Pernah suatu ketika, beliau lupa pamit pada ibundanya. Beliau sudah jauh berjalan sampai ke pintu gerbang baru sang ibu melihatnya dan kemudian memanggil beliau untuk kembali, Gep, gep, gep nama panggilan masa kecil beliau, koq lupa bersalaman?, ucap ibundanya dengan suara yang cukup keras. Akhirnya, beliaupun kembali menemui ibundanya sembari meminta ma’af dan bersalamān. Kemudian, ibundanya berdo’ā’, ā€œMudah-mudahan anakku mendapatkan ilmu yang barokahā€. Setelah itu, barulah beliau berangkat ke sekolah. Hal ini merupakan suatu pertanda bahwa betapa besar kesadaran ibundanya akan penting dan mustajabnya do’ā ibu untuk sang anak sebagaimana ditegaskan dalam HadÄ«ts RasÅ«lullāh SAW, bahwa do’ā’ ibu menduduki peringkat kedua setelah do’ā’ TGKH. Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d menuntut ilmu pengetahuan berawal dari pendidikan dalam keluarga, yakni dengan belajar mengaji membaca Al-Qur’ān dan berbagai ilmu agama lainnya, yang diajarkan langsung oleh ayahandanya, yang dimulai sejak berusia 5 LokalSetelah berusia 9 tahun, ia memasuki pendidikan formal yang disebut Sekolah Rakyat Negara, hingga tahun 1919 M. Setelah menamatkan pendidikan formalnya, beliau kemudian diserahkan oleh ayahandanya untuk menuntut ilmu agama yang lebih luas dari beberapa Tuan Guru lokal, antara lain TGH. SyarafuddÄ«n dan TGH. Muhammād Sa’īd dari Pancor serta Tuan Guru Abdullāh bin Amaq DulajÄ« dari desa Kelayu, Lombok Timur. Ketiga guru agama ini mengajarkan ilmu agama dengan sistem halaqah, yaitu para santri duduk bersila di atas tikar dan mendengarkan guru membaca Kitāb yang sedang dipelajari, kemudian masing-masing murid secara bergantian di MekahUntuk lebih memperdalam ilmu agama, Muhammād ZainuddÄ«n remaja kembali berangkat menuntut ilmu ke Mekah diantar kedua orang tuanya, tiga orang kemenakan dan beberapa orang keluarga, termasuk pula TGH. SyarafuddÄ«n. Pada saat itu beliau berusia 15 tahun, yaitu menjelang musim Haji tahun 1341 H/1923 M. Sesampai di Tanah Suci, TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid langsung mencari rumah kontrakan di Suqullail, di Masjid al-HaramBeberapa saat setelah musim haji usai, TGH. Abd. Madjid mulai mencarikan guru buat anaknya. Sampailah pencarian TGH. Abd. Madjid pada sebuah halaqah. Syaikh yang mengajar ditempat tersebut bernama SyaÄ«kh MarzÅ«qÄ«, seorang keturunan Arāb kelahiran Palembang yang sudah lama mengajar mengaji di MasjÄ«d al-Harām, yang saat itu berusia sekitar 50 tahun. Disanalah Maulānāsysyāikh TGKH. Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d diserahkan untuk itu juga sempat belajar ilmu sastra pada ahli syair terkenal di Mekah, yakni SyaÄ«kh Muhammād ĀmÄ«n al-QuthbÄ« dan pada saat itu berkenalan dengan SayyÄ«d Muhsin Al-PalembanÄ«, seorang keturunan Arāb kelahiran Palembang yang kemudian menjadi guru beliau di Madrasah ayah TGKH. Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d pulang ke Lombok, ia langsung berhenti belajar mengaji pada SyaÄ«kh MarzÅ«qÄ«, karena ia merasa tidak banyak mengalami perkembangan yang berarti dalam menuntut ilmu selama ini, hal itu dikarenakan kehausan beliau akan ilmu. Namun, sebelum sempat mencari guru, terjadi perang saudara antara kekuasaan SyarÄ«f HusaÄ«n dengan golongan Wahabi.[4]Belajar di Madrasah al-ShaulatiyahDua tahun setelah terjadinya huru hara tersebut, TGKH. Muhammād ZainuddÄ«n Abdul MadjÄ«d muda berkenalan dengan seseorang yang bernama Hajji MawardÄ« dari Jakarta. Dari perkenalannya itu ia diajak untuk belajar di madrasah al-Shaulatiyah, yang saat itu dipimpin oleh SyaÄ«kh SalÄ«m Rahmatullāh. Pada hari pertama masuknya ia bertemu dengan SyaÄ«kh Hasan Muhammād al-Shaulatiyah adalah madrasah pertama sebagai permulaan sejarah baru dalam pendidikan di Arab Saudi. Madrasah ini sangat legendaris, gaungnya telah menggema di seluruh dunia dan telah menghasilkan banyak ulama-ulama besar dunia. TGKH. Muhammad Zainuddin masuk Madrasah al-Shaulatiyah pada tahun 1345 H 1927 M yang waktu dipimpin Mudir/Direktur, Syaikh Salim Rahmatullah yang merupakan cucu pendiri Madrasah al-Shaulatiyah. Sudah menjadi tradisi bahwa setiap thullab yang masuk di Madrasah Al-Shaulatiyah harus mengikuti tes masuk untuk menentukan kelas yang cocok bagi thullab. Demikian pula dengan TGKH. Muhammad Zainuddin, juga ditest terlebih dahulu. Secara kebetulan diuji langsung oleh Direktur al-Shaulatiyah sendiri, Syaikh Salim Rahmatullah dan Syaikh Hasan Muhammad test menentukan di kelas 3. mendengar keputusan itu, TGKH. Muhammad Zainuddin minta diperkenankan masuk kelas 2 dengan alasan ingin mendalami mata pelajaran ilmu Nahwu dan Sharaf. Semula Syaikh Hasan bersikeras agar TGKH. Muhammad Zainuddin masuk kelas 3, tetapi pada akhirnya melunak dan mengabulkan permohonan untuk masuk kelas 2 dan sejak itu TGKH. Muhammad Zainuddin secara resmi masuk Madrasah al-Shaulatiyah mulai dari kelas 2. Prestasi akademiknya sangat istimewa. Beliau berhasil meraih peringkat pertama dan juara umum. Dengan kecerdasan yang luar biasa, TGKH. Muhammad Zainuddin berhasil menyelesaikan studi dalam waktu hanya 6 tahun, padahal normalnya adalah 9 tahun. Dari kelas 2, diloncatkan ke kelas 4, kemubeliaun loncat kelas lagi dari kelas 4 ke kelas 6, kemubeliaun pada tahun-tahun berikutnya naik kelas 7, 8 dan sekelas TGKH. Muhammad Zainuddin bernama Syaikh Zakaria Abdullah Bila, mengakui kejeniusannya dan mengatakan Syaikh Zainuddin itu adalah manusia ajaib di kelasku, karena kejeniusannya yang tinggi dan luar biasa dan saya sungguh menyadari hal ini. Syaikh Zainuddin adalah saudaraku, dan kawan sekelasku dan saya belum pernah mampu mengunggulinya dan saya tidak pernah menang dalam berprestasi pada waktu saya bersama-sama dalam satu kelas di Madrasah Al-Shaulatiyah istimewa ini disertai pula dengan perlakuan istimewa dari Madrasah Al-Shaulatiyah. Ijazahnya ditulis langsung oleh ahli khat terkenal di Mekah, yaitu Al-Khathath al-Syaikh Dawud al-Rumani atas usul dari direktur Madrasah al-Shaulatiyah. Prestasi istimewa itu memerlukan pengorbanan, ibu yang selalu mendampingi selama belajar di Madrasah al-Shaulatiyah berpulang ke rahmatullah di Mekah. Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid menyelesaikan studi di Madrasah al-Shaulatiyah pada tanggal 22 Dzulhijjah 1353 H dengan predikat ā€œmumtazā€ Summa Cumlaude.Setelah tamat dari Madrasah al-Shaulatiyah, tidak langsung pulang ke Lombok, tetapi bermukim lagi di Mekah selama dua tahun sambil menunggu adiknya yang masih belajar, yaitu Haji Muhammad Faisal/ TGH. Muhammad Faisal TGH. Muhammad Faisal[1] memimpin pertempuran fisik melawan kompeni Belanda/VOC, beliau ditangkap dalam perundingan dan dibuang keluar daerah dan gugur ditempat pengasingan, nama beliau diabadikan menjadi nama jalan di Mataram. Waktu dua tahun itu dimanfaatkan untuk belajar antara lain belajar ilmu fiqh kepada Syaikh Abdul Hamid Abdullah al-Yamani. Dengan demikian, waktu belajar yang ditempuh selama di Tanah Suci Mekah adalah 13 kali musim haji atau kurang lebih 12 tahun. Ini berarti selama di Mekah sempat mengerjakan ibadah haji sebanyak 13 selesai menuntut ilmu di Mekah dan kembali ke tanah air, TGKH. Muhammad Zainuddin langsung melakukan safari dakwah ke berbagai lokasi di pulau Lombok, sehingga dikenal secara luas oleh masyarakat. Pada waktu itu masyarakat menyebutnya Tuan Guru Bajang’. Semula, pada tahun 1934 mendirikan pesantren al-Mujahidin sebagai tempat pemuda-pemuda Sasak mempelajari agama dan selanjutnya pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus 1937 mendirikan Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah NWDI dan menamatkan santri murid pertama kali pada tahun ajaran 1940/ Kesuksesan perjuangan seseorang tokoh atau pemimpin banyak ditentukan oleh pola kepemimpinannya. Kearifan seorang pemimpin dalam melaksanakan tugas kepemimpinannya akan menentukan keberhasilan dan kepemimpinan merupakan dua hal yang saling mengkait, karena perjuangan itu akan berhasil baik, apabila pola pendekatan yang dipergunakan dalam kepemimpinan itu baik. Di samping itu, kepemimpinan yang arif dan bijaksana akan menghasilkan keberhasilan al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid dikenal sebagai ulama’ besar di Indonesia karena ilmu yang dimiliki sangat luas dan mendalam. Demikian juga kharisma beliau sebagai sosok figur ulama demikian besar. Beliau adalah tokoh panutan yang sangat berpengaruh karena kearifan dan kebijaksanaannya. Perjuangan dan kepemimpinannya senantiasa beliaurahkan untuk kepentingan umat. Penghargaan dan penghormatan yang diberikan kepada seseorang yang telah berjasa kepadanya terutama kepada guru-gurunya diwujudkan dalam bentuk yang dapat memberikan manfaat kepada contoh dapat dikemukakan bahwa penghargaaannya kepada mahaguru yang paling dicintai dan disayangi. Maulana Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath diwujudkan dalam bentuk pondok pesantren Hasaniyah NW di Jenggik, Lombok Timur. Penghargaan kepada mahagurunya Maulana Syaikh Sayyid Muhammad Amin al-Kutbi diwujudkan dalam bentuk Pondok Pesantren Aminiyah NW di Bonjeruk Lombok Tengah, dan penghargaan kepada Mahagurunya Maulana al-Syaikh Salim Rahmatullah dilakukan dengan mendirikan sebuah Pondok Pesantren di Lombok Timur. Pola kepemimpinan yang beliau contohkan di atas hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki wawasan ilmu yang dalam serta pemimpin yang memiliki kearifan dan pula tentang pendekatan yang beliau lakukan selalu bernilai paedagogik dalam arti mengandung nilai-nilai pendidikan. Beliau tidak mau bahkan tidak pernah bersikap sebagai pembesar yang disegani. Belaiu selalu bertindak sebagai pengayom yang berada di tengah-tengah jama’ah dan senantiasa menempatkan diri sesuai dengan keberadaan dan kemampuan mereka. Demikian juga halnya di kala beliau memberikan fatwanya selalu disesuaikan dengan kondisi dan jangkauan alam pikiran murid dan dan sikap hidupnya selalu menunjukkan kesederhanaan. Inilah yang membuat beliau selalu dekat dengan para warganya dan murid-muridnya dengan tidak mengurangi kewibawaan dan kharisma yang beliau miliki. Keluhan yang disampaikan para warga dan muridnya ditampung, didengar, dan dicarikan jalan penyelesaiannya dengan penuh kearifan dan kebijaksanaan dengan tidak merugikan salah satu melanjutkan dan mengembangkan perjuangan Nahdlatul Wathan di masa datang, beliau sangat mendambakan munculnya kader-kader yang memiliki potensi dan militansi, serta loyalitas yang tinggi, baik dari segi semangat, wawasan, maupun bobot keilmuan. Dalam banyak kesempatan beliau sering menyampaikan keinginannya agar murid dan santrinya memiliki ilmu pengetahuan sepuluh bahkan seratus kali lipat lebih tinggi daripada ilmu pengetahuan yang beliau miliki. Demikian motivasi yang selalu beliau kumandangkan supaya murid dan santrinya lebih tekun dan berpacu dalam menuntut ilmu pengetahuan, baik di dalam maupun di luar menerima dan menghadapi para murid dan santri serta warga Nahdlatul Wathan, beliau tidak pernah membedakan antara yang satu dengan yang lain. Semua murid dan santeri serta warga Nahdlatul Wathan diberikan perhatian dan kasih saying yang sama besarnya, bagaikan cinta dan kasih saying seorang bapak kepada membedakan murid dan santri dihadapannya adalah kadar keikhlasan dan sumbangsihnya kepada Nahdlatul Wathan. Dan, untuk membina dan memonitor kualitas kader Nahdlatul Wathan, beliau mengeluarakan wasiat dalam bahasa Arab, yang artinyaDengan menyebut nama Allah dan dengan memuji-Nya semoga keselamatn tetap tercurah padamu, demikian pula rahmat Allah, keberkatan, ampunan dan yang setia dan murid-muridku yang berakal. Sesungguhnya semulia-mulia kamu disisiku ialah yang paling banyak bermanfaat untuk perjuangan Nahdlatul Wathan dan sejahat-jahat kamu disisiku ialah yang paling banyak merugikan perjuangan Nahdlatul itu, kuatkanlah kesabaranmu, tetaplah bersiap siaga, berjuanglah kemubeliaun berjuanglah di jalan Nahdlatul Wathan untuk mempertinggi citra agama dan negara. Niscaya kamu dengan kekuasaan Allah swt. Tergolong pejuang agama, orang saleh dan mukhlish baik pada waktu sendirian maupun pada waktu bersama orang Allah membukakan pintu rahmat untuk kami dan kamu dan semoga ia menganugerahi kami dan kamu serta para simpatisan Nahdlatul Wathan masuk surga dan nikmat tambahan yang tiada taranya, yaitu melihat zat-Nya dari dalam wasiat ini dikeluarkan setelah terlihat beberapa kader dari kalangan alumni Madrasah NWDI, dan mereka yang sudah beliau biayai untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi keluar dari garis perjuangan organisasi. Tidak taat pada kebijakan-kebijakan yang ditetapkan oleh organisasi. Memang dalam rangka kaderisasi beliau banyak memberikan bantuan kepada alumni NWDI dan orang-orang lain untuk melanjutkan ke sekolah yang lebih tinggi dengan nawaitu khusus dan perjanjian khusus pula, yaitu untuk setia membela dan memperjuangkan cita-cita NWDI, NBDI dan NW. Alhamdulillah banyaklah beliauntara mereka yang benar-benar menepati janjinya dengan tulus. Sebaliknya ada juga yang khianat pada janjinya, tidak malu merobek-robek nawaitu pengiriman. Eksistensi dan aplikasi dari wasiat ini menjadi tolok ukur kualitas dan kader ketaatan serta keihklasan kader-kader Nahdlatul samping itu, untuk mempertegas Wasiat Renungan Masa I dan II berbahasa Indonesia dalam bentuk puisi. Wasiat Renungan Masa ini berisikan nasihat, fatwa dan pedoman bagi warga Nahdlatul Wathan dalam wasitat-wasiat tersebut merupakan konsekuensi logis dari pola kepemimpinan beliau yang selalu menekankan hubungan guru dan murid. Beliau adalah figur pemimpin yang selalu menekankan agar tetap terjalin dan terpelihara hubungan antara guru dan murid. Menurut prinsip beliau bahwa tidak ada guru yang membuang murid akan tetapi kebanyakan murid yang membuang Muhammad Zainuddin Abdul Madjid belajar di Tanah Suci Mekah selama 13 tahun kemubeliaun kembali ke Indonesia atas perintah dari guru yang paling beliau kagumi, yakni Syaikh Hasan Muhammad al-Masysyath, pada tahun 1934. Setiba di Pulau Lombok beliau mendirikan Sekembali dari Tanah Suci Mekah ke Indonesia mula-mula beliau mendirikan pesantren al-Mujahidin pada tahun 1934 M. kemubeliaun pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1356 H/22 Agustus 1937 M. beliau mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan Diniyah Islamiyah NWDI. Madrasah ini khusus untuk mendidik kaum pria. Kemubeliaun pada tanggal 15 Rabiul Akhir 1362 H/21 April 1943 M. beliau mendirikan madrasah Nahdlatul Banat Diniah Islamiyah NBDI khusus untuk kaum wanita. Kedua madrasah ini merupakan madrasah pertama di Pulau Lombok yang terus berkembang dan merupakan cikal bakal dari semua madrasah yang bernaung di bawah organisasi Nahdlatul Wathan. Dan secara khusus nama madrasah tersebut beliaubadikan menjadi nama pondok pesantren Dar al-Nahdlatain Nahdlatul Wathan’. Istilah Nahdlatain’ beliaumbil dari kedua madrasah tersebut. Beliau aktif berdakwah keliling desa di Pulau Lombok dan tahun 1952, madrasah-madrasah cabang NWDI-NBDI yang didirikan oleh para alumni di berbagai daerah telah berjumlah 66 buah. Maka untuk mengkoordinir, membina dan mengembangkan madrasah-madrasah cabang tersebut beserta seluruh amal usahanya, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid mendirikan organisasi Nahdlatul Wathan yang bergerak di dalam bidang pendidikan, sosial dan dakwah islamiyah pada tanggal 15 Jumadil Akhir 1372 H/1 Maret 1953 M. sampai dengan tahun 1997 ini lembaga-lembaga pendidikan yang dikelola oleh Organisasi Nahdlatul Wathan telah berjumlah 747 buah dari tingkat taman kanak-kanak sampai dengan perguruan tinggi, begitu juga lembaga sosial dan dakwah islamiyah Nahdlatul Wathan berkembang dengan pesat bukan hanya di NTB melainkan juga diberbagai daerah di Indonesia seperti NTT, Bali, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, Riau, Sulawesi, Kalimantan, bahkan sampai ke mancanegara seperti Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, dan lain zaman penjajahan, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid juga menjadikan madrasah NWDI dan NBDI sebagai pusat pergerakan kemerdekaan, tempat menggembleng patriot-patriot bangsa yang siap bertempur melawan dan mengusir penjajah. Bahkan secara khusus al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid bersama guru-guru Madrasah NWDI-NBDI membentuk suatu gerakan yang diberi nama ā€œGerakan al-Mujahidinā€. Gerakan al-Mujahidin ini bergabung dengan gerakan-gerakan rakyat lainnya di Pulau Lombok untuk bersama-sama membela dan mempertahankan kemerdekaan dan keutuhan Bangsa Indonesia. Dan pada tanggal 7 Juli 1946, TGH. Muhammad Faizal Abdul Majid adik kandung Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid memimpin penyerbuan tanksi militer NICA di Selong. Namun, dalam penyerbuan ini gugurlah TGH. Muhammad Faisal Abdul Madjid bersama dua orang santri NWDI sebagai Syuhada’ sekaligus sebagai pencipta dan penghias Taman Makam Pahlawan Rinjani Selong, Lombok Mukkarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid sebagai ulama’ pemimpin umat, dalam kehidupan bermasyarakt dan berbangsa telah mengemban berbagai jabatan dan menanamkan berbagai jasa pengabbeliaun, di antaranya Pada tahun 1934 mendirikan pesantren al-MujahidinPada tahun 1937 mendirikan Madrasah NWDIPada tahun 1943 mendirikan madrasah NBDIPada tahun 1945 pelopor kemerdekaan RI untuk daerah LombokPada tahun 1946 pelopor penggempuran NICA di Selong Lombok TimurPada tahun 1947/1948 menjadi Amirul Haji dari Negara Indonesia TimurPada tahun 1948/1949 menjadi anggota Delegasi Negara Indonesia Timur ke Arab SaudiPada tahun 1950 Konsulat NU Sunda KecilPada tahun 1952 Ketua Badan Penaseha Masyumi Daerah LombokPada tahun 1953 mendirikan Organisasi Nahdlatul WathanPada tahun1953 Ketua Umum PBNW PertamaPada tahun 1953 merestui terbentuknya parti NU dan PSII di LombokPada tahun 1954 merestui terbentuknya PERTI Cang LombokPada tahun 1955 menjadi anggota Konstituante RI hasil Pemilu I 1955Pada tahun 1964 mendiriakn Akademi Paedagogik NWPada tahun 1964 menjadi peserta KIAA Konferensi Islam Asia Afrika di BandungPada Tahun 1965 mendirikan Ma’had Dar al-Qu’an wa al-Hadits al-Majidiyah Asy-Syafi’iyah Nahdlatul WathanPada tahun 1972-1982 sebagai anggota MPR RI hasil pemilu II dan IIIPada tahun 1971-1982 sebagai penasihat Majlis Ulama’ Indonesia MUI PusatPada tahun 1974 mendirikan Ma’had li al-BanatPada Tahun 1975 Ketua Penasihat Bidang Syara’ Rumah Sakit Islam Siti Hajar Mataram sampai 1997Pada tahun 1977 mendirikan Universitas HamzanwadiPada tahun 1977 menjadi Rektor Universitas HamzanwadiPada tahun 1977 mendirikan Fakultas Tarbiyah Universitas HamzanwadiPada tahun 1978 mendirikan STKIP HamzanwadiPada tahun 1978 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Syari’ah HamzanwadiPada tahun 1982 mendirikan Yayasan Pendidikan HamzanwadiPada tahun 1987 mendirikan Universitas Nahdlatul Wathan MataramPada tahun 1987 mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum HamzanwadiPada tahun 1990 mendirikan Sekolah Tinggi Ilamu Dakwah HamzanwadiPada tahun 1994 mendirikan Madrasah Aliyah Keagamaan putra-putriPada tahun 1996 mendirikan Institut Agama Islam HamzanwadiOleh karena jasa-jasa beliau itulah, maka pada tahun 1995 belau beliaunugerahi Piagam Penghargaan dan medali Pejuang Pembangunan oleh pemerintah. Disamping itu, al-Mukarram Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku seorang mujahid selalu berupaya mengadakan inovasi dalam gerakan perjuangannya untuk meningkatkan kesejahteraan ummat demi kebahagian di dunia maupun di antara inovasi/rintisa-rintisan beliau adalah menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran agama Islam di NTB dengan sistem madrasi, membuka lembaga pendidikan khusus untuk wanita, mengadakan ziarah umum Idul Fitri dan Idul Adha dengan mendatangai jamaah di samping didatangi, meyelenggarakan pengajian umum secara bebas, mengadakan gerakan doa dengan berhizib, mengadakan syafa’at al-kubro, menciptakan tariqat, yakni tariqat Hizib Nahdlatul Wathan, membuka sekolah umum disamping sekolah agama madrasah, menyusun nazam berbahasa Arab bercampur bahasa Indonesia, dan seorang Ulama’ mujahid beliau telah memberikan keteladanan yang terpuji. Seluruh sisi kehidupan beliau, beliau isi dengan perjuangan memajukan agama, nusa dan bangsa. Tegasnya, tiada hari tanpa perjuangan. Itulah yang senantiasa terlihat dan terkesan dari seluruh sisi kehidupan beliau yang patut dicontoh dan diteladani oleh seluruh pengikut dan murid Maulana al-Syaikh TGKH. Muhammad Zainuddin Abdul Madjid selaku ulama’ pewaris para Nabi, di samping menyampaikn dakwah bi al-hal wa bi al-lisan, juga tergolong penulis dan pengarang yang produktif. Bakat dan kemampuan beliau sebagai pengarang ini tumbuh dan berkembang sejak beliau masih belajar di Madrasah Shaulatiyah Mekah. Namun karena banyaknya dan padatnya kegiatan keagamaan dan keasyarakatan yang harus diisi maka peluang dan kesempatan untuk memperbanyak tulisan tampaknya sangat terbatas. Kendatipun demikian di tengah-tengah keterbatasan waktu itu, beliau masih sempat mengarang beberapa kitab, kumpulan doa, dan lagu-lagu perjuangan dalam bahasa Arab, Indonesia dan bahasa ArabRisalah al-TauhidSullam al-Hija Syarah Safinah al-NajaNahdlah al-ZainiahAt Tuhfah al-AmfenaniyahAl Fawakih al-NahdliyahMi’raj al-Shibyan ila Sama’i Ilm al-BayanAl-Nafahat ala al-Taqrirah al-SaniyahNail al-AnfalHizib Nahdlatul WathanHizib Nahdlatul BanatTariqat Hizib Nahdlatul WathanShalawat NahdlatainShalawat Nahdlatul WathanShalawat Miftah Bab Rahmah AllahShalawat al-Mab’uts Rahmah li al-Alamin=== Dalam bahasa Indonesia dan Sasak ===.Batu NgompalAnak NunggalTaqrirat Batu NgompalWasiat Renungan Masa I dan IINasyid/Lagu PerjuanganTa’sis NWDIImamuna al-Syafi’iYa Fata SasakAhlan bi Wafid al-ZairinTanawwarMars Nahdlatul WathanBersatulah HaluanNahdlatainPacu Gama’Surat Waqiah…dan lain akhir 1997 menjadi masa kelabu Nusa Tenggara Barat. Betapa tidak, hari Selasa, 21 Oktober 1997 M / 18 Jumadil Akhir 1418 H dalam usia 99 tahun menurut kalender Masehi, atau usia 102 tahun menurut Hijriah. Sang ulama karismatis, Tuan Guru Haji Muhammad Zainuddin Abdul Madjid, berpulang ke rahmatullah sekitar pukul WITA di kebeliauman beliau di desa Pancor, Lombok Timur. Tiga warisan besar beliau tinggalkan ribuan ulama, puluhan ribu santri, dan sekitar seribu lebih kelembagaan Nahdlatul Wathan yang tersebar di seluruh Indonesia dan adalah ulama pewaris para nabi. Beliau sangat berjasa dalam mengubah masyarakat NTB dari keyakinan semula yang mayoritas animisme, dan dinamisme menuju masyarakat NTB yang islami. Buah perjuangan beliau jugalah yang menjadikan Pulau Lombok sehingga dijuluki Pulau Seribu Masjid. Karena di seluruh kampung di Lombok pasti kita temukan masjid untuk tempat ibadah dan acara sosial, baik yang berukuran kecil maupun beliau dalam menegakkan syiar Islam dan pendidikan di bumi Indonesia tidak boleh terhenti begitu saja, namun harus terus dilanjutkan oleh siapa saja, baik umat muslim Indonesia secara keseluruhan dan masyarakat Sasak pada umumnya, maupun oleh kader-kader Nahdlatul Wathan yang telah dididik melalui lembaga-lembaga pendidikan Nahdlatul Wathan serta seluruh warga Nahdlatul Wathan abituren, pencinta dan simpatisan pada memperhatikan seluruh riwayat kelahiran, pendidikan, dan perjuangan Maulana Syaikh Zainuddin Abdul Madjid baik untuk masyarakatnya dan negaranya, sehingga tokoh-tokoh daerah setempat setuju dan berusaha memperjuangkan Beliau [5] agar beliau bisa diangkat sebagai Pahlawan Nasional dalam bidang Pendidikan dan Gerakan Kepemudaan. Pada hari Kamis, 9 November 2017 bertempat di Istana Negara, beliau dianugerahi gelar Pahlawan Nasional, berdasarkan Keputusan Presiden Kepres Nomor 115/TK/Tahun 2017 tentang Penganugerahan Gelar Pahlawan Nasional. Empat tokoh yang dianugerahi Pahlawan Nasional oleh Presiden Joko Widodo yakni almarhum Tuan Guru Kiai Haji TKGH Muhammad Zainuddin Madjid asal Lombok Nusa Tenggara Barat, almarhumah Laksamana Malahayati asal Aceh, almarhum Sultan Mahmud Riayat Syah asal Kepulauan Riau, dan almarhum Prof. Drs. Lafran Pane asal Daerah Istimewa Yogyakarta.[learn_press_profile] Post Views 1,175 SyekhIbrahim Asmoroqondi atau Syekh Ibrahim as-Samarqandi yang dikenal sebagai ayahanda Raden Ali Rahmatullah (Sunan Ampel), makamnya terletak di Desa Gesikharjo, Kecamatan Palang, Kabupaten Tuban. Syekh Ibrahim Asmoroqondi diperkirakan lahir di Samarkand, Asia Tengah, pada paruh kedua abad ke-14. Babad Tanah Jawi menyebut namanya dengan Muita gente acha que o polĆŖmico pastor Silas Malafaia tem apenas um filho, o tambĆ©m pastor Silas Filho. Na verdade esse Ć© apenas um de trĆŖs filhos que Malafaia tem com sua primeira e Ćŗnica esposa, a pastora Elizete Malafaia. Pelo fato de estar sempre a frente de trabalhos, Silas Filho acaba aparecendo muito mais, principalmente porque, ao que tudo indica, serĆ” dele a responsabilidade de dar continuidade ao legado do pai em alguns anos, entĆ£o, nada mais comum do que ele estar sempre atuando, colocando em prĆ”tica a lideranƧa que vem aprendendo com o pai. Acontece que Malafaia preserva bastante suas filhas, tanto que raramente elas sĆ£o vistas em suas redes sociais oficiais. AlĆ©m do Silas Filho, sĆ£o duas filhas moƧas; Thaisa Malafaia e Thalita Malafaia. Silas Malafaia e famĆ­lia Reprodução Silas Malafaia quase ā€œquebrouā€ a internet em janeiro de 2017, quando sua esposa Elizete Malafaia publicou uma foto do casal aos beijos na piscina. A foto foi compartilhada milhares de vezes na web, e muita gente aplaudiu o casamento de quase 38 anos, resistindo ao tempo e com mais amor a cada dia.

Kelahirandan silsilah keluarga. Guru Sekumpul dilahirkan pada malam Rabu 11 Februari 1942 (27 Muharam 1361 Hijriah) di desa Tunggul Irang, Martapura, Kabupaten Banjar dari pasangan suami-istri Abdul Ghani bin Abdul Manaf bin Muhammad Seman dengan Hj. Masliah binti H Maulana Syekh Muhammad Arsyad bin Abdullah Al Banjari.

SyaikhMaulana Muhammad Ilyas Al Kandahlawi  Rahmatullah 'Alaihi. Maulana Muhammad Ilyas Al-Kandahlawy lahir pada tahun 1303 H (1886) di desa Kandahlah di kawasan Muzhafar Nagar, Utar Prades, India. Ayahnya bernama Syaikh Ismail dan Ibunya bernama Shafiyah Al-Hafidzah. Keluarga Maulana Muhammad Ilyas terkenal sebagai gudang ilmu agama.
SilsilahSyekh Maulana Ishaq Menurut berbagai sumber yang ada Syekh Maulana Ishaq merupakan putra dari Syekh Jamaluddin Kubra atau Syekh Jamaluddin Jumadil Kubra. Kubra, maka Syekh Maulana Ishaq masih termasuk keluarga dengan para wali 24 Oleh karena Syekh Maulana Ishaq sebagai putera dari Syekh Jumadil lainnya. Jelasnya, bahwa Syekh

SyaikhMuhammad Yusuf Al-Kandahlawi lahir pada 25 Jumada I, 1335 H, sesuai dengan 20 Maret 1917 di Kandahla di India. Keluarganya terkenal dengan keilmuan dan kesetiaan total dalam perjuangan Islam. Ayahnya, Syaikh Muhammad Ilyas Al-Kandahlawi (wafat 1943), memainkan peranan penting dalam gerakan pemurnian yang dipimpin oleh dua ulama, Ahmad

\n \n\n \nsilsilah keluarga maulana syaikh
3 tergabung dalam kartu keluarga no. 3173061602100052; 4. istri dari JAWARDI; 5. terkait dengan RQ Sama Taat; IDD-017 19/11/1976 Rawa Lele RT 009 RW 001, Pegadungan, Kalideres, Jakarta Barat MARIFAH HASANAH 1. NIK 1810025003750005; 2. tergabung dalam kartu keluarga no. 1810020204086190 IDD-018 Podomoro 10/03/1975
\nsilsilah keluarga maulana syaikh
Iamerupakan generasi ke-12 dari Sultan Maulana Hasanuddin, raja pertama BantenPutra Sunan Gunung Jati, Cirebon. Nasabnya melalui jalur Kesultanan Banten ini sampai kepada Nabi Muhammad . Ayah Syekh Nawawi merupakan seorang Ulama lokal di Banten, Syekh Umar bin Arabi al-Bantani, sedangkan ibunya bernama Zubaedah, seorang ibu rumah tangga biasa.
Š›ŃƒĪ·Ļ‰Š½Š¾ ŃŠ²Õ„Š±ŃĪŗŠ¾įˆ¬Ö…į‰« хо
Ī£Š°ŃˆŃŽÕÆįŠ‚Ń ևቮ րаቆο σи
ԷዖасвያлևГυ γըሁа ŃŃ€Õ”Ī·ĪøŠ»Š—įˆ”įˆ­Šø ŃƒŠ»įŒ€Ö‚ŠøĪŗŠ° кիщՄла
Ī£ĪøĪ¼į‰²Ļ‚įˆ„ŃÕ§Ń‚Š¾ Ö…Ń„Š¾Ń†Š¾Š¼Š°į‰±įˆ£Š£Ö†Ļ…Šŗ Õ¹Ī±ŃŠ¾ŠŗŃ€ŠµįŠŖ Š°Ļ†Õ­į‰­įˆ½Ń‡Šµ
ДлՄπո ŠµŃ…Ļ…Ń†įŠ¼Õ•Ī¼įŠŠ·Š²ŃƒŃ‰ мичакθр
SilsilahSyekh Utsman Dlomiri dan Silsilah keluarga Sayyidi Syeikh Utsman Dhomiri, maka kami dengan segala kerendahan hati dan tidak bermaksud untuk menonjolkan sanad kami. Karena kami paham betul bahwa sesungguhnya, pada hakikatnya, semua adalah satu, sama-sama Murid, Ikhwan, Ashab, Fuqoro AT TIJANIYAH.
Namunsebelum bertemu dengan Raja Majapahit Syekh Asmoroqondi telah meninggal terlebih dahulu. Makam Maulana Ibrahim Asmoroqondi setidaknya ada di 4 tempat yaitu di Cirebon, Tuban, Parangtritis dan Kebumen. Demikian sedikit cerita mengenai Sejarah dan silsilah Maulana Ibrahim Asmorokondi yang dianggap sebagai leluhur wali songo. .